Minggu, 20 Juli 2008

Kabut Moral Selimut Intelektual...

Kondisi apatisme terhadap seuatu gerakan saat ini menghantui pemuda-pemuda generasi bangsa yang memiliki potensi dalam pengembangan pembangunan bangsa menuju peningkatan SDM melalui pengembangan politik moral. Sejarah menunjukan pemuda-pemuda memiliki sejarah sebagai pion terdepan yang menyumbangkan perubahan kondisi bangsa terlepas dari otoriter penguasa.

Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia.

Namun, jika kita tilik kembali kondisi pemuda-pemudi saat ini yang cenderung menganut gaya hidup hura-hura dan sifat konsumirisme yang cukup tinggi menyebabkan lemahnya Sumber Daya kita untuk memajukan bangsa kita ke arah perubahan yang lebih baik. Pada dasarnya pemuda merupan engine dalam perubahan bangsa... ibarat kata sebagai motor atau ide dalam membangun bangsa ada pada diri pemudanya.
Dilain pihak sebagian pemuda bergerak turun kejalan, keluar masuk ruang anggota dewan, mendekam di sel sebagai tahanan politik, diskusi, observasi, mengadakan research dan mencarikan sebuah konsep serta memikirkan solusi penyelesaian masalah-masalah yang timbul dari bangsa dan negara. Di pihak lain pemudanya lebih confert dengan aktifitas band, nongkrongnya, gaul di club, bikin genk tawuran dengan rekanan. Sama dengan pemudinya yang kebingungan dengan salonnya, penampilan dikampus, gosip sana-gosip sini, jalan-jalan ke mall, shopping yang lebih parahnya sebagian dari mereka sibuk mencari uang dengan jalan yang tidak wajar.

Rusaknya Moral bagi mahasiswi yang berfikir singkat untuk mendapatkan “keuntungan sebesar-besarnya” menjadi komoditi keseharian dan bukan menjadikan hal tersebut sebuah kewajaran yang bisa mendapatkan pengampunan dengan kedok status intelektual yang disandangnya. Kebobrokan ini bisa jadi menjadi kesalahan masing-masing pribadi dari bangsa Indonesia sendiri. Kita lupa untuk saling menjaga ketimuran yang diagung-agungkan sendiri oleh bangsa kita, budaya plaigiat pada kebiasaan barat, keikut sertaan pada kompetisi-kompetisi tidak terlalu penting seperti “Putri Sejuta Manusia” dengan mempertontonkan lengak-lengok badan. Hal tersebut tidak akan mencerdaskan bangsa kita. Standar sebenarnya, kita bangsa yang merdeka, kaya akan budaya, suku, agama, kekayaan alam, dan SDM yang produktif, pengelolaan pendidikan yang baik seperti terdahulu, yang mana Indonesia sebagai kiblat negara lain untuk memperoleh ilmu... andai kata hal tersebut dapat dikelola secara baik dengan mandiri, saya yakin bangsa kita akan lebih unggul dari negara lain.

  1. Kembali ke konteks Moral “ayam kampus” Bila dikaitkan dengan prinsip Aa’ Gym yaitu melalu 3 M saya sangat sepakat
    Mulai dari sendiri, Coba perbaiki akhlak pribadi dengan mencontoh Akhlak yang Rasulullah ajarkan kepada umatnya.
  2. Mulai dari Lingkungan Sekitar, sebagai upaya untuk memperbaiki diri pribadi, menyerukan kebaikan pada lingkungan sekitar juga menjadi motivasi tersendiri untuk melangkah berbuat baik. Ucapan dari lisan kepada orang lain disekitar kita, meskipun kita belum melaksanakan sesuai dengan ucapan kita namun hal tersebut akan memotivasi kita untuk berbuat ke arah kebaikan, dan setidaknya kita tidak keluar dari rambu-rambu yang ditentukan.
  3. Mulai dari Sekarang, setidaknya apa yang telah terencana untuk kebaikan yang telah terkonsep dalam alam pikiran setiap orang segera dapat dieksekusi untuk dilanjutkan pada sebuah gerakan.
    Sedikit tulisan ini semoga dapat memantik pembaca untuk memberikan masukan atau menjadi ladang berdiskusi..

FoRuM ChAt

Create a Meebo Chat Room