Kamis, 26 Juni 2008

Gelas-Gelas Demokrasi Cerminan Kebangkitan Pemuda Dalam Peranannya

22 Juni 2008 lalu, pesta demokrasi di Wilayah Jawa Tengah meninggalkan banyak problem bagi banyak masyarakat dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Beberapa contoh yang menjadi masalahnya antara lain siapa calon gubernur yang mencalonkan? Apakah sistem ini masih dapat diterapkan diwilayah jawa tengah?

Membingungkan memang, dalam waktu kurang lebih 1 bulan calon gubernur diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri. Banyak yang tidak mengenal sosok masing-masing calon gubernur, apa lagi kalau bicara pada visi misi yang diusung masing-masing pasangan calon...

Zen : “Golput aja”... ajakan sebagian orang yang memang belum mengetahui esensi dari 1 suara bagi bangsa, khususnya wilayah jawa tengah. Pemikiran yang mampir terstigma prediksi kemenangan ada pada salah satu calon yang dalam hal ini jawa tengah memang sebagai basis masanya. Sikap pesimisme inilah yang harus segera dihilangkan jauh-jauh dari benak tiap masyarakat kita. Hal tersebut juga ditemui oleh sebagian kalangan pelajar atau mereka yang mengatakan kalangan kaum intlektual yang sering menggunakan bahasa ilmiah dalam penyampaiannya. Tapi kenyataannya mereka lah penyumbang golput dari sekian persen masyarakat jawa tengah yang golput. Banyak alasan yang dikemukakan, mengotori kuku lah, satu suara tidak berpengaruh, males, g penting dan banyak hal yang menjadi alasan sebagai plaidoi atas contoh menyimpang yang ditunjukan oleh mereka kaum intelektual tersebut. Mereka dengan bangga mempengaruhi orang lain untuk tidak menggunakan hak suaranya. Bayangin aja mereka adalah pemuda-pemuda bangsa sebagai garda depan dalam segala situasi dan kondisi, apa lagi yang menyangkut masa depan bangsa. Mereka lah pengamat-pengamat yang jeli, mereka lah yang mampu menilai baik buruknya, mereka lah yang paham dengan kondisi yang dibutuhkan dalam pengembangan. Justru contoh yang salah yang diberikan, masyarakat kita belum mampu menilai jauh seperti para kaum “intelektual”. Di lihat sering tebar pesona, senyum sana senyum sini, nyanyi-nyanyi dan fress money lah menjadi penilai, dialah orang yang layak untuk dipilih.

Hemmm... apakah DEMOKRASI seperti ini yang kita inginkan?? Masyarakat kita sekarang tidak sekedar sekali dalam memilih pemimpin tapi berulang-ulang kali, justru tanggapannya semakin sering semakin sedikit peminatnya untuk turut serta menyukseskan pesta demokrasi ditiap wilayahnya masing-masing.

Terkadang saya merenung sejenak memikirkan permasalahan tersebut untuk mencoba mencari solusi dari permasalahaan yang ada. Tapi yang saya dapati ternyata bukan solusi tapi justru masalah-masalah lain yang hinggap dibenak saya. Permasalahan bangsa kita kompleks, mulai dari kondisi pangan masyarakat kita yang semakin terpuruk dan tidak mendapatkan respon dari “Penguasa Singasana”, permasalahan hutang negara kita, ternyata janin dalam kandungan pun telah mendapatkan beban hutang sebesar 4 juta rupiah tiap orangnya, permasalahaan ilegal loging, permasalahan pendidikan yang carut marut, biaya pendidikan mahal yang menjadi penyebab utama dari SDM kita yang rendah. Korupsi sebagai momok terbesar yang tersistem pada bangsa dan rakyat kita, tiada habisnya bila membicarakan permasalahan korupsi. Apakah permasalah tersebut akan tetap menjadi masalah yang tidak ditemui jalan keluarnya?

Sosok pemimpin kita tidak lagi memperdulikan kondisi tersebut. Semua asyik disibukan dengan aksi propaganda untuk pencalonan serta mementingkan kepentingan golongannya. Berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah produk hukum yang merupakan produk politik para elit politik saja.

Jangan bicara terlalu tinggi!!! Membicarakan permasalahan politik luar negeri lah, perbaikan hubungan diplomatik dan lainnya. Tapi negara kita tidak terurus dan jauh tertinggal. Selama negara belum terkendali dan par birokrat-birokratnya masih belum mementingkan rakyatnya, saya rasa g pantas kita membicarakan pasar bebas, kemajuan teknologi, mengikuti arus globalisasi dan permasalah lain yang menyita banyak negara, kalau ternyata negara memang masih belum mampu kesana. Sudah saatnya kita memiliki ketegasan dalam menentukan arahan banhgsanya sendiri.

Kita sudah ada kemudahan dalam sistem otonomi daerah, sehingga tiap wilayah mampu bersaing pula dan berkembang dengan wilayah lainnya. Saling berkompetisi dalam kebaikan untuk pembangunan dan pengembangan di wilayahnya masing-masing. Dengan catatan juga terdapat keseimbangan dengan wilayah yang tertinggal jauh, antara wilayah terdekat yang mampu menunjukkan keunggulannya dapat menerapkan konsep wilayahnya pada wilayah yang jauh tertinggal.

Sudah saatnya pemuda kita berfikir dan menyelesikan permasalahan yang ada. Pemuda yang fresh dengan kepekaan, integritas dan loyalitasnya serta kreatifitasnya, saya rasa mampu merubah dan membalik kondisi bangsa kita menjadi bangsa yang diharapkan sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. Bukan merupakan sebuah harapan kosong, saatnya para pemuda dengan semangtanya mampu membuktikan kontribusinya dalam pengembangan dan pembangunan wilayahnya.

Awali dengan hal yang paling mudah, ajak, dan sadarkan masyarakat dari tidur panjang pada dongeng cinderella untuk bangun dan tergerak hatinya untuk berpartisispasi pada PEMILU 2009 contohnya...

Sitem yang perlu pembenahan karena contoh yang memang saya alami saat Pilgub kemaren, bahwa saya WNI yang memiliki hak suara dan ingin sekali dapat kesempatan untuk turut serta memberikan sumbangan bagi masa depan bangsa. Semua impian tersebut dikacaukan oleh prtugas pemilihan umum sendiri, karena nama saya tidak terdaftar sebagai pemilih sedangkan saya sudah berkali-kali memiliki hak suar dalam berbagai pemilihan. Semoga terdapat perabaikan jika pemudanya bersama-sama siap membangun bangsanya.

Semoga tulisan saya dapat bermanfaat bagi pembacanya dan kesalahan yang disengaj maupun tidak dalam penulisan baik dalam bentuk sindiran atau kritikan mohon maaf. Mohon saran dan pesannya pada tulisan saya...

Salam perjuangan

Mahasiswa FH UNS ‘05

Tidak ada komentar:

FoRuM ChAt

Create a Meebo Chat Room